Sekolah Sumatera Tanjung Morawa

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Kamu dapat merasakan menu-menu terbaik dari Warkop Agam Tamora yang berada pada Jl. Medan - Tebing Tinggi, Tj. Morawa A, Kec. Tj. Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20362

Suggestions will appear below the field as you type

Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan

19 September 2024 09:02:44

3.1 KEPENDUDUKAN Tabel 3.1.1 Jumlah Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Penduduk, dan Jumlah Keluarga Menurut Rukun Warga (RW) di Desa Tanjung Pasir, 2023 Kode Wilayah Rukun Warga (RW)  Penduduk     Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 36.03.200.012.001 001/Tanjung...

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tanjung Pasir adalah desa yang berada di kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, Indonesia. Di desa ini terdapat objek wisata Pantai Tanjung Pasir. Sesuai dengan namanya bahwa Tanjung Pasir merupakan suatu tanjung (daratan yang menjorok ke laut) di mana merupakan hamparan pasir yang luas dengan gradien pantai yang sangat landai serta pantainya yang masih alami.

Vipera (Echidna) flava Merrem, 1820 Naja nivea Boie, 1827 Naja gutturalis Smith, 1838 Naja intermixta Duméril, Bibron & Duméril, 1854 Naja haje var. capensis Jan, 1863 Naia flava Boulenger, 1887 Naja flava Sternfeld, 1910 Naja nivea FitzSimons & Brain, 1958 Naja nivea Harding & Welch, 1980 Naja nivea Auerbach, 1987 Naja nivea Welch, 1994

Ular-sendok tanjung (Naja nivea) atau ular-sendok Cape, atau dalam bahasa Inggris disebut Cape cobra atau yellow cobra (kobra kuning), adalah spesies ular sendok yang endemik di Benua Afrika bagian selatan. Penduduk Afrika Selatan menyebutnya "geelslang" (ular kuning), "bruinkapel" (ular-sendok cokelat), "koperkapel" (ular-sendok tembaga), karena variasi pewarnaan pada tubuhnya.

Nama ilmiahnya, Naja nivea, pertama kali dideskripsikan oleh ilmuwan Carl Linnaeus pada tahun 1758.[2] Nama ilmiah genusnya, Naja, diambil dari kata Sansekerta, nāgá (नाग) yang berarti "ular-sendok". Sedangkan nama spesifiknya, nivea, diambil dari kata bahasa Latin, nix atau nivis, yang berarti "salju", atau niveus yang artinya "seperti salju".[3]

Ular-sendok tanjung dewasa berukuran panjang sekitar 1.2 sampai 1.4 meter, tetapi mungkin bisa mencapai 1.6 meter. Ular jantan berukuran lebih besar dari ular betina. Spesimen terpanjang yang pernah ditemukan adalah ular jantan dari Aus, Namibia, dengan panjang total mencapai 1.88 meter.[4] Spesimen jantan lainya yang juga berukuran panjang ditemukan berasal dari De Hoop Nature Reserve, provinsi Western Cape, Afrika Selatan, dengan panjang total mencapai 1.86 meter.[5]

Ular-sendok tanjung memiliki pewarnaan tubuh yang bervariasi, dari warna kuning sampai cokelat keemasan dan bahkan kehitaman. Seekor ular-sendok tanjung memiliki bintik-bintik atau bercak-bercak "noda" berwarna hitam atau pucat. Walaupun pewarnaan tubuhnya tergantung pada faktor geografis, tetapi bisa saja terdapat semua variasi warna dalam satu wilayah sebaran. Sebagai contoh, spesimen-spesimen di gurun Kalahari di Botswana dan Namibia berwarna cenderung kekuningan dibandingkan populasi yang ada di sebelah selatannnya.[6] Akan tetapi, di De Hoop Nature Reserve dan beberapa lokasi di Western Cape, Afrika Selatan, dapat ditemukan semua variasi pewarnaan.[5] Spesimen yang masih muda umumnya memiliki leher berwarna gelap hingga bagian perut. Warna tersebut berubah dalam kurun waktu satu atau dua tahun seiring dengan pertumbuhannya.

susunan sisik (scalation) pada ular-sendok tanjung terdiri dari sisik dorsal (tubuh atas) berjumlah 21 di bagian tengah badan, sisik ventral (bagian bawah tubuh) sebanyak 195-227, sisik subkaudal sebanyak 50-68 (berpasangan), sisik anal tunggal, sisik labial (bibir) atas 7 buah (3+4 bersentuhan dengan mata), satu sisik preokular, 3 (atau bisa 4) sisik postokular, sisik labial bawah sebanyak 9 (8-10) buah, dan perisai (sisik) temporal 1+2.[4]

Ular-sendok tanjung tersebar di Namibia, Botswana, Rep. Afrika Selatan, dan Lesotho.[1]

Walaupun sebaran geografisnya lebih sempit dibandingkan jenis kobra yang lain, tetapi ular ini menghuni berbagai macam habitat. Ular ini menyukai daerah bersemak, padang rumput (termasuk sabana), gurun Namib dan gurun Kalahari. Ular ini bahkan juga menghuni liang hewan pengerat, gundukan rayap, daerah gersang, dan sela-sela batu. Ular ini juga dapat ditemukan di dekat sungai atau perairan.

Di Lesotho, ular-sendok tanjung dapat ditemukan di dataran rendah hingga ketinggian 2500 meter dpl. Ular ini dapat dijumpai di hutan atau padang rumput di provinsi Free State, Afrika Selatan, di daerah tebing berbatu di provinsi Cape, dan di gurun atau-semi-gurun di wilayah-wilayah sebarannya. Ular-sendok tanjung juga terdapat di sekitar pemukiman di mana ular ini dapat memasuki rumah untuk berlindung dari panasnya sinar matahari atau berburu mangsa seperti hewan pengerat. Hal ini dapat membuatnya kontak langsung dengan manusia.[4][6]

Ular-sendok tanjung adalah ular diurnal (berkelana pada siang hari) dan terestrial (berkelana di atas tanah), walaupun dapat memanjat pohon atau tanaman. Jika merasa terganggu, ular ini akan mengangkat kepala dan bagian depan tubuhnya, lalu mengembangkan lehernya dan mendesis dengan keras. Saat melakukan pertahanan diri, ular ini akan menyerang tanpa ragu-ragu.[6] Jika gangguannya tidak terlalu berarti, ular ini segera meloloskan diri, tetapi ular ini akan melakukan pertahanan diri khasnya lagi jika mengetahui pergerakan apapun.[4] Ular-sendok tanjung sangat agresif ketika musim perkembangbiakan.[6]

Makanan utama ular-sendok tanjung sangat beragam, terdiri dari ular lain, hewan pengerat, kadal, dan burung. Ular ini juga terkadang memangsa jenisnya sendiri (kanibalistik).[6] Ular ini juga memiliki pemangsa alami, misalnya ratel, meerkat, dan beberapa jenis burung pemangsa seperti burung sekretaris dan jenis-jenis elang pemangsa ular di Afrika, yang mungkin juga memangsa ular ini selain jenis ular lain.[4]

Ular-sendok tanjung berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Musim berkembangbiak biasanya berlangsung antara bulan September dan Oktober. Ular betina bertelur sebanyak 8 sampai 20 butir pada periode Desember-Januari, di dalam lubang atau gundukan yang terlantar, atau lokasi-loaksi tertentu yang basah dan hangat.[6] Ular muda yang baru menetas berukuran panjang antara 34 sampai 40 cm.[4]

close-up kepala bagian atas dan dorsal

Kobra tanjung, spesimen dengan bercak-bercak cokelat gelap dan kekuningan

Spesimen berwarna cokelat polos

Spesimen berwarna cokelat-gelap kemerahan

Spesimen dari Auob Riverbed, Kgalagadi Transfrontier Park, Afrika Selatan

Seekor kobra tanjung dengan pose mengembangkan lehernya.

Mengapung di air sambil melakukan pertahanan diri khasnya

Ular-sendok tanjung adalah salah satu jenis kobra yang paling berbahaya di Afrika, berdasarkan sifat bisanya dan seringnya ular ini ditemukan di sekitar rumah.[7] Racun bisanya memiliki kandungan post-sinaptik neurotoksin dan mungkin juga kardiotoksin,[8] yang berpengaruh terhadap sistem respirasi (pernapasan), sistem saraf, dan jantung. Antibisa untuk mengobati gigitan ular ini adalah antibisa polivalen yang diproduksi oleh South African Institute of Medical Research (SAIMR).[9]